Al-Hikam (AMC.) – Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang kembali menggelar acara spektakuler dalam dunia akademik santri melalui Festival Ilmiah Santri (FIS) yang diselenggarakan pada Sabtu, (8/2/25). Acara ini menghadirkan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk memperkaya wawasan intelektual serta memperkuat pemahaman keislaman di kalangan santri dan mahasiswa.
M. Iqbal Fanani, selaku ketua pelaksana dalam sambutannya mengatakan bahwa Festival Ilmiah Santri (FIS) ini berperan penting dalam membentuk santri yang berwawasan holistik. Dengan pendekatan yang mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu pengetahuan, santri dilatih untuk memecahkan masalah secara komprehensif dan inovatif. “Melalui FIS, santri Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang tidak hanya dipersiapkan sebagai individu yang religius, tetapi juga sebagai agen perubahan yang berkontribusi aktif dalam pengembangan masyarakat dan pembangunan berkelanjutan.” – tambahnya.
Sesi yang paling dinantikan dalam Festival Ilmiah Santri (FIS) 2025 adalah Al-Hikam Talk, sebuah diskusi inspiratif yang mengangkat tema “Nalar Keilmuan dan Keislaman”. Sesi ini menghadirkan Dr. Fahruddin Faiz, S.Ag., M.Ag., seorang akademisi dan penulis buku Nalar Keislaman dan Keilmuan, sebagai pembicara utama. Moderator diskusi ini adalah Gus Ach. Dhofir Zuhry, penulis buku Filsafat untuk Pemalas.

Sumber Gambar: Dok. Ngajiliterasi

Dalam diskusi, Dr. Fahruddin Faiz menekankan pentingnya peluang generasi muda untuk bisa siap terjun dan sukses di masa depan. Beliau menuturkan bahwa ada 3 tahapan untuk sukses di masa depan, yakni; arena (lingkungan) yang mendukung, kebiasaan yang konsisten dan modal yang cukup.
Suatu kebiasaan yang menjadikan masa depan menjadi terlaksana dengan baik, menurutnya ada empat tahap yang harus disadari. Yaitu; dapat menentukan tujuan hidup jangka pendek maupun jangka panjang, selalu evaluasi dalam mengecek nilai kepribadian diri guna dapat memilih dan memilah lingkungan yang cocok, serta memiliki kesadaran resiliensi yang tangguh terhadap feedback kegagalan. Terkait modal, Dr. Fahruddin sendiri tidak hanya menyinggung terkait kemampuan finansial, namun bagaimana ketika seorang akademisi juga memiliki pengetahuan yang cukup juga teknologi yang mumpuni.


Ia juga membahas bagaimana filsafat Islam dapat menjadi alat yang efektif dalam membangun pemahaman yang lebih dalam terhadap ajaran Islam. Dalam diskusi, beliau juga membahas bahwa realita kehidupan di dunia ini menurutnya tidak hanya sekedar aspek syahadah saja namun juga adanya aspek ghaib. Hal demikianlah dapat berimplikasi terhadap bagaimana cara berfikir seseorang yang menyebabkan suatu kepercayaan tentang adanya hal-hal ghaib tersebut.
Pengasuh Ngaji Filsafat Dr. Fahruddin Faiz, M.Ag itu memberikan contoh kuil-kuil china yang besar dan terjadinya arab spring itu berdasarkan kepercayaan logika mistika. Dengan logika mistika yang terkadang memiliki alasan yang rasional, kita dapat menilai bahwa dalam kehidupan itu tidak perlu memiliki sikap gampang menghakimi. “Karena pada dasarnya, terkadang hal menurut kita tidak masuk ke nalar ternyata disitu ada alasan rasional yang dapat kita terima.” – ujarnya.
Diskusi berlangsung sangat intens dan menggugah antusias dari audiens yang hadir sehingga banyak pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan pada sesi Al-Hikam Talk yang diadakan pada hari Sabtu, 8 Februari 2025 di STAIMA, Al-Hikam, Malang.


Gus Ach. Dhofir Zuhry sebagai moderator turut memberikan perspektif unik dari bukunya Filsafat untuk Pemalas. Tak hanya diskusi yang menggugah pikiran, sesi ini juga memberikan kesempatan bagi peserta untuk mendapatkan buku Nalar Keislaman dan Keilmuan serta Filsafat untuk Pemalas dengan tanda tangan langsung dari penulisnya.
Ditulis oleh: Muh. Noaf Afgani | Editor: Tim Ngajiliterasi
Keywords: ngajiliterasi, literasi, santri, bedah buku, Fahruddin Faiz, Gus Dhofir, Filsafat