Emang ada ya manusia yang limited edition? Ada dong.
Emang salah jadi manusia mainstream? Ya, enggak juga sih. Hanya kamu akan menjadi manusia yang biasa-biasa aja. Orang rata-rata pada umumnya. Maksudnya?
Gini-gini. Kita tidak akan membahas superhero seperti Batman, Superman, Cat Woman, dan teman-temannya, enggak ya. Jadi, manusia mainstream adalah manusia biasa. Salah satunya indikatornya adalah suka mengeluh. Banyak manusia jika diuji Allah, mereka mengeluh. Mengeluh dengan bermacam-macam masalah kehidupan: soal asmara, rezeki mampet, keluarga berantakan, capai sekolah, cuaca tak bersahabat, dan lain-lain.
Saat Allah beri panas, nanti katanya kenapa panas sekali. Giliran diberi hujan, jawabnya kok hujan terus ya. Hujan enggak datang, kok enggak hujan sih. Kebanyakan hujan hingga akhirnya banjir, luapan-luapan keluhan pun semakin berderet layaknya gerbong kereta api.
Tanpa sadar ucapan itu keluar begitu saja dari bibir. Ditambah lagi, berkumpul dengan manusia mainstream yang sejenis, duh, semakin beradu argumen deh. Begini salah, begitu salah. Sifat keluh kesah ini adalah lumrah, bahkan di Al-Qur’an saja sudah dikasih notice loh.
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah dan apabila mendapat kebaikan dia menjadi kikir.”
(QS. Al-Ma’arij: 19-21)
Nah, jadilah manusia limited edition. Yang bagaimana? Mereka adalah kebalikan dari orang yang suka mengeluh, yang memang keberadaannya bisa dihitung jari. Limit seat banget pokoknya.
Mereka adalah orang yang selalu memandang panas dan dingin dengan bijaksana. Dikasih hujan, alhamdulillah, ada doa di setiap rintikannya. Diberikan sedikit hujan, alhamdulillah, sambil berdoa semoga setiap titik yang sedikit itu ada berkah. Dikasih hujan gede, hingga air meluap, alhamdulillah dulu, sambil muhasabah diri, kenapa bisa terjadi dan apa yang bisa dilakukan agar bumi kembali tersenyum manis.
Kalau mau belajar banyak untuk menjadi manusia limited edition, buku “Stop, Menjadi Manusia Mainstream!” ini cocok banget buat kamu. Di sana akan dikupas tuntas tentang indikator lain dari manusia antimainstream. Arum nulisnya enggak sendiri kok, bareng alumni KMAF (Kelas Menulis Arum Faiza), jadi perspektif tentang manusia mainstream ada banyak kepala yang insya Allah banyak hikmah.
https://www.gramedia.com/products/stop-menjadi-manusia-mainstream